Di tengah kesibukan jaga rumah dan anak (yang sejujurnya sedang gue laksanakan setengah hati belakangan ini--tapi ini bakal gue bahas di lain kesempatan) gue menyempatkan diri buat nonton film. Lebih tepatnya film-film Ghibli. Gue memang udah berkali-kali rewatch film-fim dari studio Ghibli, apalagi From Up of Poppy Hills yang notabene adalah favorit gue, tapi kali ini gue memutuskan untuk nonton dengan dubbing Bahasa Indonesia. Alasannya, karena anak gue suka ikutan nonton. Berhububg gue sedang berupaya meningkatkan kemampuan bahasanya, sebisa mungkin gue fokus ke satu bahasa dulu. (Saat gue nonton pakai audio Jepang dia ikutan niru soalnya. Contohnya "baa-chan! Baa-chan!"... Oke anak gue wibu sebelum waktunya). Surprisingly, dubbingnya bagus, yah meski ada di beberapa film yang rada ga pas tapi kebanyakan bagus. Hari ini yang gue tonton "My Neighbors the Yamadas", ceritanya bekisar tentang keluarga Yamada yang terdiri dari Takashi (Ayah), Matsuko (ibu), Noboru (an
Ada satu line di serial drama CSI, yang sampai saat ini terngiang di kepala gue. Padahal, episode berapa, season berapa, gue sebenarnya sama sekali gak ingat. Kira-kira begini linenya: "Is that how you truly feel? Or you think you should feel?" Apakah itu benar-benar yang kamu rasakan, atau yang menurutmu harus kamu rasakan? Jujur gak ingat pasti bagaimana Grissom menyampaikannya, tapi kira-kira begitulah. Kalau gak salah dia lagi ngomong sama Miniature Killer di penjara. Kalau gak salah, si pelaku mengidap psikosis, mentally unstable, dan sudah melakukan pembunuhan beberapa kali. Jelas ketika dia meminta maaf dan bilang kalau dia menyesal, Grissom sangsi dan gak langsung percaya. Memahami emosi itu gak mudah, let alone berempati secara tulus dan dari lubuk hati yang dalam. Seringkali gue gak merasa terkoneksi secara emosional dengan orang-orang sekitar gue. Paling mentok, gue cuma bisa acknowledge perasaan mereka "oh dia lagi sakit", "oh dia lagi sedih",